Minggu, 20 Desember 2009

aku tempat sampah

AKU TEMPAT SAMPAH

Aku tertata rapi disudut ruang jalan itu, entah dari mana mereka mendapatkan ku. Aku hanya bisa menerima apa yang akan dibuang pada ku, tak pernah bisa aku meminta apalagi berharap menerima apa yang aku inginkan. Sesekali aku kasihan atas apa yang aku alami, tapi inilah awal dari sebuah perjalanan baru.

Sejak mereka menempatkan ku disud jalan itu, sampai pada akhirnya mereka dan dia berkata padaku, “ jangan kau berharap lebih dengan apa yang telah aku berikan padamu, itu hanya percuma dan tak akan pernah menjadi kenyataan”. Aku hanya bisa terdiam saat mereka mengatakan itu. Entah apa lagi yang aku rasakan saat itu, tapi aku tak bisa kemana-mana lagi, aku hanya bisa terus mengosongkan apa yang telah ada padaku saat mereka ingin membuang apapun yang ingin mereka buang padaku. Meskipun kadang pernah muncul perasaan iri dengan lain yang mereka punya, tapi aku bangga atas diriku sendiri saat ini. Setidakna karena aku akan selalu mereka cari, saat mereka dan terutama dia yang dirumah No.5 itu ingin membuang sesuatu.

Pernah suatu ketika aku ingin berpindah, tapi aku justru kembali pada sudut ruang jalan itu. Tak pantas sebuah tempat sampah menempati ruang yang tak pernah cocok buatnya, dan tak kutemukan tempat seindah sudut ruang jalan itu.

Aku terus menerima apa yang mereka perlakukan padaku, apa yang mereka buang padaku. Meskipun kadang aku jenuh dengan yang aku alami sekarang, tapi aku tempat sampah. Aku sulit untuk berpindah apalagi berubah menjadi sebuah benda yang tak hanya sebagai tempat membuang yang tak ingin dilihat atau tempat membuang barang yang sudah tak dibutuhkan.

Saatku menangis, aku menunggu mereka tertidur. Aku tak ingin mereka apalagi dia tahu aku menangis malam itu. Karena hanya akan membuat mereka tak bisa membuang sampah padaku. Jika mereka tidak membuang sampah padaku, lalu buat apa aku tetap disini? Aku hanya bisa terus tertawa saat mereka membuang sampahnya padaku, tak ingin dan tak akan bisa aku tunjukkan wajah ku yang tak lagi bisa tersenyum pada mereka terutama dia.

Semalam, saat semuanya tertidur dan tidak berfungsi. Sosok itu datang mendekat kearahku, jauh dari ujung jalan yang satunya. Aku pura – pura tertidur. Dan dia, sebuah sosok yang datang dari kejauhan ternyata datang menghampiri aku. Dia melihat ku yang pura – pura tidur, memegang tutup ku yang terbuka, membersihkannya, melihatnya kedalam tubuhku dan memasukkan sebuah benda kedalam tubuh ku. Lalu dia pergi kembali kejalannya, terus berlalu tanpa pernah melihat kembali kearah ku. Dan aku tertidur malam itu dengan tutup yang bersih.

Lalu lampu jalan itu padam, dan aku pun terbangun dari tidur panjang malam ini. Aku melihatnya, melihat sampah yang dia buang dari seseorang yang aku tak tahu dari mana dan siapa. Sebuah kantong plastik dengan pita merah terikat rapi diatasnya. Aku membukanya, aku mencium bau wangi yang keluar ketika aku buka kantong plstik itu. Wangi yang sangat menenangkan hati, yang sejenak sanggup membawaku lupa akan rasa sampah. Sebuah kertas berwarna putih bersih terlipat rapi didalamnya. Pelan – pelan aku buka lipatan demi lipatan, mulai terlihat apa yang tertulis di kertas itu. Sejenak aku bertana – tanya pada diri ku sendiri, mengapa orang itu semalam menaruh bungkusan ini disini?bukankah ini terlalu bagus jika harus dikasihkan ke aku? Tapi rasa penasaran itu hilang seketika ketika aku membaca kalimat pembuka tulisan itu.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)

Aku berpikir dan mencoba memahami apa maksud dari yang terulis itu. Dan belum sampai aku paham apa ,aksud kalimat itu. Pandangan terhenti pada ujung paragraph kedua tulisan itu. Ternyata tulisan kedua merupan tulisan orang lain, orang yang tidak sama yang menulis kalimat ke dua. Apa madsud ini semua? Mengapa setiap tulisan ini semuanya berbeda penulisnya?

”Tenanglah kawan.

Kau tahu apa itu sahabat?

Sahabat sejati adalah seseorang yang akan datang ketika kita membutuhkannya, meskipun kita tak pernah memanggil namanya walau hanya sekali. Dan akan pergi ketika kita telah dapat tertawa lagi bersama kemerungsung dunia.

Dan kau tahu bagaimana itu wajah yang baik?

Wajah yang baik adalah wajah yang sejuk dan menyejukkan.

Mengertilah kawan...” (montho)

Setelah ku melewati kalimat demi kalimat, akhirnya aku sampai pada lembar terakhir kertas dalam kantong plastik itu. Akhirnya aku mengerti mengapa.

Dan aku pun mengisi lembar kosong itu.

Terima kasih...

Mimpi kalian telah sampai pada ku dengan sangat baik.

Dan cintaku tlah kalian terima dengan baik juga.

sedangkan mimpi – mimpi ku pun semakin sempurna.

Karena aku tempat sampah....(yang disudut jalan ini)

Dan aku pun melanjutkan perjalanan kantong plastik ini, aku menaruhnya dijendela kamar rumah No.5 dan aku melihatnya membuka kantong plastik itu keesokan harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar